Kamis, 05 Januari 2012

ASPEK MAKNA DALAM SIMANTIK DAN KETERKAITANYA DENGAN JENIS-JENIS MAKNA



KATA PENGANTAR

Ass....................wr……..……..….wb....................
Puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah swt. Atas segala limpahan rahmat serta hidayatnya sehingga makalah ini dapat diselesaikan walaupun belum sesempurna mungkin.
Salawat serta taslim tak lupa kita kirimkan kepada junjungan kita nabi Muhammad saw. Yang telah mengajarkan kepada seluruh umatnya bahwa sesungguhnya ilmu dan pengetahuannya adalah sarana untuk lebih mendekatkan diri kita kepada Allah swt.
Makalah ini dapat dihajatkan sebagai upaya untuk mempermudah mahasiswa dalam menyusun makalah seperti ini bagi setiap yang membaca tugas ini  saya minta saran dan kritiknya bagi siapa yang membacanya. Makalah ini lebih terarah dan terlaksana dengan baik serta berguna bagi pembacanya / kepada seluruh pihak.



Wallahu………. Waliyut taufik wahidayah. Wasalamu alaikum warah matullahi wabarakatuh




Dompu,                        januari 2012

DARTAR ISI
Halaman . . . . . . . . . . . . . .
Kata pengantar . . . . . . . . . . . .
Daftar isi . . . . . . . . . . . . . .
BAB I     PENDAHULUAN
A.     Latar belakang
B.     Rumusan masalah
C.     TUJUAN PENULISAN
BAB II     PEMBAHASAN
A.     Pengertian menulis.
B.     Proses menulis.
C.     Bentuk-betuk tes untuk mengukur kemampuan menulis.
BAB  III   PENUTUP
            Kesimpulan
            Daftar pustaka



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bahasa merupakan sistem komunikasi yang amat penting bagi manusia. Sebagai suatu unsur yang dinamik, bahasa sentiasa dianalisis dan dikaji dengan menggunakan perbagai pendekatan untuk mengkajinya. Antara pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji bahasa ialah pendekatan makna. Semantik merupakan salah satu bidang semantik yang mempelajari tentang makna.
Lalu apakah pengertian dari makna, aspek apa saja di dalamnya dan seperti apakah keterkaitan aspek-aspek makna tersebut dengan jenis-jenis dari makna yang dipelajari dalam semantik ? Pada bagian selanjutnya dari makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai pengertian makna, aspek-aspek makna dan keterkaitannya dengan beberapa jenis makna yang dipelajari dalam semantik.
B.     Rumusan Masalah
C.    Tujuan Penulisan


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Makna
Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam Mansoer Pateda, 2001:82) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian. Dalam hal ini Ferdinand de Saussure ( dalam Abdul Chaer, 1994:286) mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik.
Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi :
1.      maksud pembicara;
2.      pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia;
3.      hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya,dan
4.      cara menggunakan lambang-lambang bahasa ( Harimurti Kridalaksana, 2001: 132).
Bloomfied (dalam Abdul Wahab, 1995:40) mengemukakan bahwa makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. Terkait dengan hal tersebut, Aminuddin (1998:50) mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan antara bahsa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahsa sehingga dapat saling dimengerti.
Dari pengertian para ahli bahsa di atas, dapat dikatakan bahwa batasan tentang pengertian makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata.

B. Aspek-aspek Makna
Aspek-aspek makna dalam semantik menurut Mansoer Pateda ada empat hal, yaitu :
1.      Pengertian (sense)
Pengertian disebut juga dengan tema. Pengertian ini dapat dicapai apabila pembicara dengan lawan bicaranya atau antara penulis dengan pembaca mempunyai kesamaan bahasa yang digunakan atau disepakati bersama. Lyons (dalam Mansoer Pateda, 2001:92) mengatakan bahwa pengertian adalah sistem hubungan-hubungan yang berbeda dengan kata lain di dalam kosakata.
2.       Nilai rasa (feeling)
Aspek makna yang berhubungan dengan nilai rasa berkaitan dengan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan.dengan kata lain, nilai rasa yang berkaitan dengan makna adalah kata0kata yang berhubungan dengan perasaan, baik yang berhubungan dengan dorongan maupun penilaian. Jadi, setiapkata mempunyai makna yang berhubungan dengan nilai rasa dan setiap kata mempunyai makna yang berhubungan dengan perasaan.
3.      Nada (tone)
Aspek makna nada menurut Shipley adalah sikap pembicara terhadap kawan bicara ( dalam Mansoer Pateda, 2001:94). Aspek nada berhubungan pula dengan aspek makna yang bernilai rasa. Dengan kata lain, hubungan antara pembicara dengan pendengar akan menentukan sikap yang tercermin dalam kata-kata yang digunakan.
4.      Maksud (intention)
Aspek maksud menurut Shipley (dalam Mansoer Pateda, 2001: 95) merupakan maksud senang atau tidak senang, efek usaha keras yang dilaksanakan. Maksud yang diinginkan dapat bersifat deklarasi, imperatif, narasi, pedagogis, persuasi, rekreasi atau politik.
Aspek-aspek makna tersenut tentunya mempunyai pengaruh terhadap jenis-jenis makna yang ada dalam semantik. Di bawah ini akan dijelaskan seperti apa keterkaitan aspek-aspek makna dalam semantik dengan jenis-jenis makna dalam semantik.
1.      Makna Emotif
Makna emotif menurut Sipley (dalam Mansoer Pateda, 2001:101) adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap pembicara mengenai atau terhadap sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan. Dicontohkan dengan kata kerbau dalam kalimat Engkau kerbau., kata itu tentunya menimbulkan perasaan tidak enak bagi pendengar. Dengan kata lain,kata kerbau tadi mengandung makna emosi. Kata kerbau dihubungkan dengan sikap atau poerilaku malas, lamban, dan dianggapsebagai penghinaan. Orang yang dituju atau pendengarnya tentunya akan merasa tersimggung atau merasa tidak nyaman. Bagi orang yang mendengarkan hal tersebut sebagai sesuatu yang ditujukan kepadanya tentunya akan menimbulkan rasa ingin melawan. Dengan demikian, makna emotif adalah makna dalam suatu kata atau kalimat yang dapat menimbulkan pendengarnya emosi dan hal ini jelas berhubungan dengan perasaan. Makna emotif dalam bahasa indonesia cenderung mengacu kepada hal-hal atau makna yang positif dan biasa muncul sebagai akibat dari perubahan tata nilai masyarakat terdapat suatu perubahan nilai.
2.      Makna Konotatif
Makna konotatif berbeda dengan makna emotif karena makna konotatif cenderung bersifat negatif, sedangkan makna emotif adalah makna yang bersifat positif (Fathimah Djajasudarma, 1999:9). Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap apa yang diucapkan atau didengar. Misalnya, pada kalimat Anita menjadi bunga desa. Kata nunga dalam kalimat tersebut bukan berarti sebagai bunga di taman melainkan menjadi idola di desanya sebagai akibat kondisi fisiknya atau kecantikannya. Kata bunga yang ditambahkan dengan salah satu unsur psikologis fisik atau sosial yang dapat dihubungkan dengan kedudukan yang khusus dalam masyarakat, dapat menumbuhkan makna negatif.
3.      Makna Kognitif
Makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan, dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponenya (Mansoer Pateda, 2001:109). Kata pohon bermakna tumbuhan yang memiliki batang dan daun denga bentuk yang tinggi besar dan kokoh. Inilah yang dimaksud dengan makna kognitif karena lebih banyak dengan maksud pikiran.
4.      Makna Referensial
Referen menurut Palmer ( dalam Mansoer Pateda, 2001: 125) adalah hubungan antara unsur-unsur linguistik berupa kata-kata, kalimat-kalimat dan dunia pengalaman nonlinguistik. Referen atau acuan dapat diartikan berupa benda, peristiwa, proses atau kenyataan. Referen adalah sesuatu yangditunjuk oleh suatu lambang. Makna referensial mengisyaratkan tentang makna yamg langsung menunjuk pada sesuatu, baik benda, gejala, kenyataan, peristiwa maupun proses.
Makna referensial menurut uraian di atas dapat diartikan sebagai makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata atau ujaran. Dapat juga dikatakan bahwa makna referensial merupakan makna unsur bahasa yanga dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, baik berupa objek konkret atau gagasan yang dapat dijelaskan melalui analisis komponen.
5.      Makna Piktorikal
Makna piktorikal menurut Shipley (dalam Mansoer Pateda, 2001:122) adalah makna yamg muncul akibat bayangan pendengar ataupembaca terhadap kata yang didengar atau dibaca. Makna piktorikal menghadapkan manusia dengan kenyataan terhadap perasaan yang timbul karena pemahaman tentang makna kata yang diujarkan atau ditulis, misalnya kata kakus, pendengar atau pembaca akan terbayang hal yang berhubungan dengan hal-hal yang berhubungan dengan kakus, seperti kondisi yang berbau, kotoran, rasa jijik, bahkan timbul rasa mual karenanya.


BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. makna merupakan hubungan antara bahsa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahsa sehingga dapat saling dimengerti. Batasan tentang pengertian makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata.
Aspek-aspek makna dalam semantik menurut Mansoer Pateda ada empat hal, yaitu :
1. Pengertian (sense)
2. Nilai rasa (feeling)
3. Nada (tone)
4. Maksud (intention)
Keempat aspek makna di atas memiliki keterkaitan dengan jenis makna yang ada dalam semantik.

MAKALAH KETERAMPILAN MENULIS

Pemandangan di STKIP Yapis Dompu
Ceria bersama Ponaan (kebun)


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Dalam aktifitas jurnalistik, sebuah wawancara sudah barang tentu memerlukan berbagai sentuhan  teknik dalam aplikasinya. Dan berbicara ikhwal teknik wawancara, tentu saja kita  akan berhadapan dengan sesuatu yang dinamis bahkan progresif dan juga fleksibel. Artinya, teknik wawancara itu bukan merupakan sesuatu yang musti baku, kaku, apalagi sakral. Teknik itu berkembang  secara dinamis seiring dengan perkembangan masyarakat. Karenanya, para jurnalis juga dituntuk untuk senantiasa memberdayakan diri sesuai tuntutan jaman.
Terpenuhinya prinsip-prinsip keberimbangan bagi sebuah berita, hanya bisa ditempuh dengan wawancara. Dan sekali lagi, hanya dengan wawancara, maka berita sebagai hasil karya jurnalistik akan memiliki daya hidup sekaligus bisa dipertanggungjawabkan. Sebab, dengan wawancara, fakta-fakta dari masyarakat yang dihimpun wartawan akan terekonstruksi dengan baik.
B.      Rumusan masalah
1.      Apa Saja Hal-hal yang Diperhatikan dalam wawancara?
2.      Bagaimana Teknik Wawancara dan Menulis Berita?
3.      Apa Saja yang Perlu diPersiapkan Wawancara?
4.      Bagimana Mengumpulkan Informasi dengan Tepat?

C.      Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam wawancara yaitu untuk mengumpulkan informasi dan dapat merangkum permasalahan yang terjadi.


BAB II
PEMBAHASAN

A.       Menulis Wawancara
       Seorang jurnalis sering melakukan wawancara. Kadang-kadang wawancara berlangsung lebih dari satu jam atau mungkin hanya beberapa menit. Tidak jarang wawancara dilakukan dengan rekaman atau mungkin menulis langsung dengan block note.Setelah wawancara berlangsung kadang-kadang seorang wartawan harus mendengarkan seluruh dari sesi tanya jawab itu. Seringkali memakan waktu lama dan kadang-kadang hasilnya tidak memuaskan.
Agar hasil wawancara bisa ditulis dengan cepat dan mendapat angle penulisan yang tepat beberapa hal perlu diperhatikan.
1.      Persiapkan materi pertanyaan dalam wawancara. Anda sebaiknya tidak datang dengan kepala kosong. Diskusikan dengan editor atau kolega Anda mengenai apa yang perlu ditanyakan dalam wawancara terutama jika untuk mengisi rubrik khusus wawancara.
2.      Tuliskan pertanyaan wawancara selengkap mungkin. Anda mungkin bisa mendapatkan ide dalam wawancara namun biasakan menulis urutan pertanyaan dalam wawancara.
3.      Saat berlangsung wawancara – ini yang terpenting – tuliskan catatan ucapan yang penting dari yang diwawancara. Jangan biarkan wawancara berlangsung dengan harapan Anda bisa mendengarnya nanti. Tuliskan kata-kata penting dalam wawancara yang bisa menjadi lead berita atau angle dalam penulisan.
4.      Selain mencatat kata-kata penting, biasakan pula melihat waktu. Kapan kalimat penting itu keluar sehingga Anda bisa memforward rekaman kepada menit tertentu untuk mengambil beberapa kalimat penting. Jadi selain menulis kalimat penting, juga buat catatan waktu menit ke berapa kalimat itu keluar.
5.      Kalau memang diperlukan buat transkrip singkat terlebih dahulu sebelum meramu dalam tulisan yang akan diterbitkan. (http://www.journalist-adventure.com/?p=168)
Teknik Wawancara dan Menulis Berita
Berita sebagai produk jurnalistik hanya bisa lahir dari fakta-fakta yang ada di masyarakat. Dan di balik fakta-fakta itu tentu ada aktornya. Untuk kelahiran sebuah produk jurnalistik yang sehat, jurnalis harus mampu membuat si aktor bicara. Cara efektif untuk itu, tidak ada lain, kecuali dengan jalan melakukan wawancara.
Dalam aktifitas jurnalistik, sebuah wawancara sudah barang tentu memerlukan berbagai sentuhan  teknik dalam aplikasinya. Dan berbicara ikhwal teknik wawancara, tentu saja kita  akan berhadapan dengan sesuatu yang dinamis bahkan progresif dan juga fleksibel. Artinya, teknik wawancara itu bukan merupakan sesuatu yang musti baku, kaku, apalagi sakral. Teknik itu berkembang  secara dinamis seiring dengan perkembangan masyarakat. Karenanya, para jurnalis juga dituntuk untuk senantiasa memberdayakan diri sesuai tuntutan jaman.
Terpenuhinya prinsip-prinsip keberimbangan bagi sebuah berita, hanya bisa ditempuh dengan wawancara. Dan sekali lagi, hanya dengan wawancara, maka berita sebagai hasil karya jurnalistik akan memiliki daya hidup sekaligus bisa dipertanggungjawabkan. Sebab, dengan wawancara, fakta-fakta dari masyarakat yang dihimpun wartawan akan terekonstruksi dengan baik.
Namun, Wartawan tidak boleh mengabaikan anatomi persoalan yang terkait dengan temuan fakta-fakta tersebut di lapangan. Dan untuk persoalan-persoalan tertentu, Wartawan wajib  memetakannya. Penyiapan anatomi  persoalan itu bahkan merupakan langkah awal sebelum berlangsungnya sebuah wawancara. Bermutu tidaknya sebuah wawancara, biasanya justru lebih banyak ditentukan oleh hal  tersebut. Misalnya, seorang Wartawan  ingin mengetahui secara detail tentang posisi, peran dan sumbangan intelektual dalam mendorong demokrasi  di Indonesia, maka Wartawan harus mampu menggambarkan  bagaimana kaum intelektual Indonesia mengembangkan wacana yang beragam atas wacana  resmi  Orde Baru di sekitar tema-tema pokok “Pembangunan”, “Dwi fungsi”, “Demokrasi Pancasila”,”Persatuan dan kesatuan” serta  “Sara”. Itu yang penting !. Dari sana akan bisa dibuat kategori-kategori  intelektual Indonesia. Dan mungkin saja akan segera terpetakan adanya  intelektual  ortodoks, revisionis dan mungkin oposisionis. Secara demikian, setidaknya telah tercipta sarana pemahaman baru yang lebih memadai tentang intelektual Indonesia.
Untuk sampai pada pemahaman itu, seorang Wartawan harus memiliki referensi cukup tentang berbagai bidang yang diminati. Jadi, wawancara seorang jurnalis hanya akan sukses dan bermutu, manakala ia telah memiliki kesiapan seperti dimaksud. Namun, yang justru tampak rumit,  adalah aktifitas di balik teknik wawancara itu.
Adapun teknik wawancara bisa dikelompokkan menjadi dua (2) bagian.
1.       Teknik verbal yang betul-betul memerlukan alat bantu hard ware  yang diperlukan.
2.       Teknik substansial – teknik yang terkait dengan kemampuan jurnalis dari segi ketajaman nuraninya dalam menentukan pilihan tema, tempat dan saat yang tepat bagi berlangsungnya sebuah wawancara. Disini perlu adanya ketajaman analisis sosial.
Itulah pentingnya seorang Wartawan menguasai materi yang hendak diwawancarakannya terhadap narasumber. Hanya dengan cara seperti itu, ia mampu memperoleh informasi banyak dan akurat serta signifikan.
Konkritnya, beberapa hal dibawah ini bolehlah dianggap sebagai tip untuk menunjang suksesnya sebuah wawancara.
1.      Wartawan harus memakai kalimat tanya yang bisa membuahkan jawaban obyektif.
2.      Pertanyaan harus selalu diusahakan dengan menggunakan kalimat pendek dan mudah dimengerti
3.      Tidak boleh segan-segan mengajukan pertanyaan ulang atas hal-hal yang belum jelas untuk dimengerti.
4.      Tahu momentum yang tepat. Juga tahu apa yang layak dan tidak layak untuk ditanyakan, sekaligus cara bertanya yang pas.
5.      Jauhi pertanyaan yang bernada menggurui.
6.      Hindari gaya interogasi.
7.      Hindari pertanyaan yang sifatnya mencari legitimasi dari frame pemikiran  yang sebetulnya sudah dimiliki.
8.      Hindari pertanyaan yang bersifat menguji nara sumber.
9.      Tumbuhkan sifat empaty dalam wawancara.
10.  Untuk hal-hal yang spesifik, wartawan perlu terlebih dahulu memaparkan persoalan yang hendak dimintakan pendapat dari nara sumber.
11.  Hindari kalimat tanya yang bersifat mengadu domba.
12.  Buat pertanyaan yang mampu menggugah daya nalar, ingatan serta perspektif narasumber. (http://penaonline.wordpress.com/2007/12/23/teknik-wawancara-dan-menulis-berita/)
Ke dua belas tips itu, mungkin akan menjadi jaminan suksesnya sebuah wawancara. Tetapi, mungkin juga takkan berguna apa-apa, jika tidak diimbangi dengan kemampuan jurnalistik individu yang mengoperasikannya. Karena itu pula, seorang jurnalis ”haram” mendatangi nara sumber dengan kepala kosong.
B.        Persiapan Wawancara
Ada beberapa persiapan yang harus anda lakukan sebelum melakukan wawancara, diantaranya:
1.      Penentuan tema. Mengapa suatu tema harus diangkat? Kenapa harus sekarang? Pertama-tama tanyakan pada diri anda sendiri – mengapa kasus dibawakan sekarang? Dari awal harus sudah jelas peran apa yang akan anda bawakan – informasi apa yang anda mau dari narasumber, apakah perspektifnya, dimana mereka akan anda posisikan.
2.      menentukan Angle. Angle atau sudut pandang sebuah berita ini dibikin untuk membantu tulisan supaya terfokus. Kita tidak mungkin menulis seluruh laporan tentang apa yang kita lihat, atau menulis seluruh uraian yang disampaikan oleh narasumber. Tulisan yang tidak terfokus hanyalah akan membingungkan pembaca. Untk mebentukan angle salah satu cara yang termudah adalah membuat sebuah [pertanyaan tunggal tentang apa yang mau kita tulis. Jawaban pertanyaan tidak boleh melebar kemana-mana. Hal-hal yang tidak relevan dengan angle sebaiknya tidak ditanyakan. Jika ada informasi lain yang disampaikan maka bisa dibuat judul lain. Atau informasi yang sangat penting tersebut tidak cukup untuk dibuat dalam berita tersendiri, maka bikinlah sub judul.
3.      Susunlah outline. Agar memudahkan dalam wawancara maka sebaiknya anda menyusun kerangka berita (outline) atau istilah yang lebih lazim flowchart. Outline berisi antara lain:
1.      Tema berita
2.      Angle
3.      Latar belakang masalah
4.      Narasumber
C.       Mengumpulkan Informasi dengan Tepat
Ketidak akuratan (kesalahan) dalam pemberitaan kebanyakan disebabkan oleh kelalaian (kesembronoan) yang tidak disengaja. Seorang reporter mungkin tidak menggunakan waktu secukupnya untuk mengecek informasinya sebelum menulis berita. Kemudian ia salah menuliskan nara sumber berita.
Seorang wartawan kawakan akan mengambil langkah-langkah pencegahan untuk menghindari kesalahan fakta:
1.      Bila anda mewawancarai seseorang, tanyakan nama, umur, alamat, dan nomor teleponnya. Setelah mengumpulkan informasi, ejalah namanya dan bacakan informasi yang anda peroleh (tangkap) sehingga sumber berita bisa mengoreksinya. Nomor telepon tidak ditulis dalam berita, namun reporter harus mengetahuinya untuk mengadakan kontak dengan sumber berita tersebut.
2.      Bila informasi nara sumber anda peroleh dari tangan kedua, harap dicek pada sumber berita untuk membetulkannya.
3.      Jangan sekali-kali beranggapan bahwa bahwa anda mengetahui semuanya. Anda selalu harus mengecek ulang setiap informasi yang penting.
4.      Bila tulisan anda menyangkut materi yang rumit, pastikanlah dulu bahwa anda mengetahui hal itu.
Umumnya seorang wartawan mengambil peranan sebagai seorang pembaca kebanyakan, dan megajukan pertanyaan sesuai dengan posisi itu.
1.      Bila menggunakan statistik atau data matematis, reporter harus mengecek angka-angkanya dan menghitung. Banyak wartawan yang berdalih bermacam-macam bila seorag pembaca yang kritis mengirim surat ke redaksi dan menunjukkan perhitungan yang keliru dalam tulisan wartawan.
2.      Statistik harus dicermati benar dengan penuh kecurigaan. Anda bisa membuktikan apa saja dengan statistik, tergantung bagaimana cara anda menyajikannya dan apa saja yang anda masukkan atau tinggalkan. Tanyakanlah kepada sumber secara cermat untuk meyakinkan kebenaran angka-angka tersebut.
6.      Seorang reporter tidak boleh membiarkan dirinya menjadi alat untuk menipu masyarakat. Kekritisan dan pengecekan yang teliti sering bisa menghindarkanhalituterjadi. (http://penaonline.wordpress.com/2007/12/23/teknik-wawancara-dan-menulis-berita/)


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Wawancara sebagai metode untuk mengungkap fakta dalam jurnalisme, jelas bukan hanya sebatas tanya-jawab yang linier antara sumber berita dengan reporter atau presenter dalam talk show. Ada hal yang lebih luas dalam wawancara yaitu seni wawancara. Soal seni wawancara ini yang rata-rata tak dikuasai reporter-reporter pemula. Bahkan tak menutup kemungkinan dialami juga reporter senior.
B.     Saran
Semoga dengan wawancara ini dapat mengungkap sebuah persoalan yang Berita sebagai produk jurnalistik hanya bisa lahir dari fakta-fakta yang ada di masyarakat. Dan di balik fakta-fakta itu tentu ada aktornya. Untuk kelahiran sebuah produk jurnalistik yang sehat, jurnalis harus mampu membuat si aktor bicara. Cara efektif untuk itu, tidak ada lain, kecuali dengan jalan melakukan wawancara.


DAFTAR PUSTAKA

diakses tanggal  22 november tahun 2010 jam 09 : 33 wita
Nn. http://Www.Journalist-Adventure.Com/?P=168 diakses tanggal 22 novembar tahun 2010 jam 9 : 35 wita
Mulyadi : teknik penulisan — poros pena online @ 12:47 am
http://penaonline.wordpress.com/2007/12/23/teknik-wawancara-dan-menulis-berita/ diakses tanggal 22 november tahun 2010 jam 9 : 45 wita
Nn. http://Yayat-Cipasang.Blogspot.Com/2004/12/Seni-Wawancara-Radio-Suatu-Kebutuhan.Html diakses tanggal 22 november tahun 2010 jam 10 : 02 wita